Medialabuanbajo.com,- Keluarga Almarhum Prada Yenjelmus Valeri Vatman alias Yansen, asal Desa Benteng Riwu, Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur-NTT, mengaku sempat dihubungi polisi terkait penyebab kematian Prada Yansen.
Hal itu diungkapkan oleh Eryk Susen, yang merupakan keluarga Prada Yansen. Ia mengaku sempat dihubungi oleh salah satu Polisi yang menangani kasus kematian Prada Yansen di Polres Belu.
“Sempat ada salah satu polisi dari sana (Atambua) yang mengaku mengusut kasus ini, bahwa HandPhone sudah diserahkan ke Polisi tetapi HP itu sudah direset kembali” katanya kepada Medialabuanbajo, Senin 3 November 2025.
“Polisi itu juga menginformasikan bahwa kematian Yansen bukan lagi kecelakaan, tetapi mengarah ke pembunuhan berencana” tambah dia.
Namun berdasarkan informasi polisi itu kata Eryk, Jaksa menolak berkas yang diajukan Polres Belu. Setelah memberikan informasi tersebut, polisi itu tidak lagi memberikan kabar soal perkembangan kasus.
Diketahui, Prada Yansen merupakan anggota TNI AD yang bertugas di Yonif 744/Satya Yudha Bhakti, Atambua, Kabupaten Belu, Provinsi NTT.
Kasus kematian Prada Yansen kembali mencuat dan bahan perbincangan publik, setelah terungkap dalam di persidangan kematian Prada Lucky yang dianiaya seniornya.
Prada Lucky meninggal dunia pada Rabu 6 Agustus 2025 setelah diduga dianiaya para seniornya mulai disidangkan. Sejumlah fakta terungkap ke publik dari persidangan yang ditayangkan secara live oleh beberapa media.
Sebanyak 22 anggota TNI Yonif TP/834/WM yang menjadi saksi sekaligus terdakwa dalam kasus pembunuhan keji ini.
Ibunda Prada Lucky, Sepriana Paulina Mirpey sontak mengagetkan publik dengan nama Singajuru. Usai persidangan Sepriana dengan lantang mengatakan bahwa Singajuru adalah sebelumnya dalang pembunuhan.
“Singajuru itu buat kasus di Atambua, tapi ditutupi pindahkan dia, dia kena karma sekarang di Nagekeo, karena mungkin karena jabatan, dari keluarga ini, dia dilindungi. Tapi di Atambua itu dia dalangnya kematian Prada orang Flores tu,” ungkap Sepriana dalam video amatir yang dilansir, Kamis 30 Oktober 2025.
Setelah misteri kematian Prada Yansen kembali mencuat ke publik, keluarga korban pun akhirnya buka suara dan mengungkapkan sejumlah kejanggalan dalam penanganan kasus itu.
Serangkaian kejanggalan membuat keluarga meyakini kematian Yansen bukan kecelakaan biasa, melainkan ada unsur kekerasan yang sengaja ditutupi.
Eryk sangat berharap kasus itu diusut kembali, karena hingga kini pihak keluarga masih menunggu kejelasan soal perkembangan penanganan kasus tersebut.
“Harapannya ada orang baik yg mau membantu supaya usut tuntas kasus ini, terus terang kami dari keluarga yang kurang mampu. Kami hanya bisa percaya pada keadilan Tuhan dan berharap negara juga bisa memberi keadilan bagi anak bangsa seperti Yansen,” harapnya.
Sejumlah Kejanggalan Kematian Yansen
Dirangkum dari berbagai sumber, terdapat sejumlah kejanggalan dalam penanganan kasus kematian Brada Yansen.
Pertama, saat Jasad Yansen ditemukan, petugas Polantas dari Polres Belu yang datang ke tempat kejadian perkara (TKP) tidak bisa melakukan olah TKP karena menghadapi massa dari batalyon, tempat Prada Yansen bertugas.
Evakuasi jenazah dilakukan tanpa olah TKP, padahal itu langkah penting dalam penyelidikan.
Kedua, HP milik almarhum diamankan oleh anggota intel, bukan diserahkan kepada pihak berwenang atau keluarga. Hp itu sempat diberikan kepada adik korban, namun diambil kembali untuk alasan penyelidikan. Saat diserahkan kepada Polisi, HP itu sudah direset, diduga untuk menghilangkan jejak digital.
Ketiga, beberapa pemuda yang kebetulan berada di sekitar lokasi dijemput paksa, dipukuli, dan dituduh sebagai pelaku, padahal mereka tidak bersalah. Polisi akhirnya menolak menerima mereka karena tindakan itu jelas ilegal dan melanggar hukum.
Keempat, beberapa orang pemuda yang yang sempat diamankan, kemudian dikembalikan ke keluarga dengan permintaan maaf adat.
Kelima, kasus kematian Prada Yansen langsung tenggelam tanpa saksi dan tanpa pelaku yang jelas.
Keenam, luka di tubuh jasad Prada Yansen tidak menyerupai luka kecelakaan biasa, melainkan bekas pukulan dan memar di area kepala dan tubuh.
Di leher ada bekas lilitan seperti tali, di pelipis ada luka parah. Lidahnya juga menjulur keluar, menurut keluarga itu tanda orang dicekik. Keluarga menduga, sebelum meninggal, Yansen sempat dianiaya.
Ketujuh, hasil otopsi jasad Prada Yansen yang dilakukan di RSUD Ruteng tidak pernah diberikan kepada pihak keluarga. (*)















