Berita  

Arlan Nala Dorong Pemda Manggarai Bentuk Satgas Eliminasi Anjing Setiap Desa

Medialabuanbajo.com,- Anggota DPRD Manggarai, Largus Nala meminta pemerintah Kabupaten Manggarai-NTT segera mengambil langkah cepat dan tegas dalam mengangani penyebaran virus rabies yang terus memakan korban.

Diketahui, ancaman gigitan  Hewan Penular Rabies (HPR) seperti anjing peliharaan menjadi masalah serius di Kabupaten Manggarai, belakangan ini.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, sebanyak 3.573 kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) tercatat dalam dua tahun terakhir. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Terbaru, seorang pria berinisial ZN, asal Kaweng, Desa Bangka Kenda, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai, meninggal dunia pasca digigit anjing peliharaannya sendiri.

ZN dinyatakan meninggal dunia di ruang isolasi instalasi gawat darurat RSUD Ben Mboi Ruteng pada Rabu 22 Oktober 2022 dengan diagnosis klinis rabies.

Diagnosa paparan rabies pada korban ZN ini diketahui berdasarkan hasil obeservasi dan catatan medis pihak IGD RSUD Ruteng, ZN diketahui telah digigit oleh anjing peliharaannya sendiri tepat pada tangan kiri dan kaki kanan hingga menyebabkan luka dengan kategori 2, pada pada bulan Juli 2025, lalu.

Sebelumnya, pada Sabtu 27 September 2025, seorang bocah Andreas Jehabut (4) asal Purang, Desa Golo Lambo, Kecamatan Satarmese, mengalami luka robek cukup parah di bagian dahi hingga pelipis.

Selain gigitan di area wajah, ajing liar tersebut juga menggigit paha dan lengan bocah malang itu.

Kasus serupa juga dilaporkan terjadi di wilayah Kecamatan Langke Rembong, tepatnya di Kelurahan Karot, Kelurahan Mbaumuku, dan Kelurahan Tadong pada 8 Oktober 2025.

Menurut laporan dari Kepala Puskesmas Kota, Irma Baung, dua korban atas nama Alfons A. Pesau (43 tahun) asal  Karot dan Febrianus Korena (18 tahun) asal Mbaumuku, telah diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) di Puskesmas Kota pasca gigitan.

Sementara satu korban lainnya, Candida P. Cuwi (6 tahun) asal Tadong, menerima VAR di RSUD Ben Mboi dan akan mendapatkan Serum Anti Rabies (SAR) di Puskesmas Kota. Hasil triase, Candida masuk kategori gigitan dengan risiko tinggi.

Tak hanya itu, seorang Guru bernama Yohanes Jangkung (58) asal Kelurahan Pagal, Kecamatan Cibal, juga mendapat gigitan anjing liar saat sedang joging di wilayah itu pada Sabtu 18 Oktober 2025.

Dorong Pembentukan Satgas

Menanggapi itu, Largus Nala mendorong Pemda Manggarai segera membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) Eliminasi Anjing setiap desa. Hal ini bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Virus Rabies dan menghindari adanya korban jiwa akibat gigitan anjing.

“Satgas bisa dibentuk  oleh Pemerintah Desa di bawa komando Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPD) dan bekerjasama dengan lintas sektor seperti Babinkamtibmas (POLRI) dan Babinsa (TNI),” tegas politisi yang akrab disapa Arlan Nala itu.

Arlan mengaku selama ini sering mendapatkan informasi soal kasus gigitan anjing rabies.

“Hampir setiap minggu kita mendapat informasi tentang adanya korban gigitan anjing rabies. Paling menyedihkan banyak korban yang tidak sempat diberi vaksin dan berujung pada kehilangan nyawa” ujarnya.

Politisi asal Cibal itu meminta agar Dinas Kesehatan kabupaten Manggarai berupaya untuk selalu memiliki stok Vaksin Anti Rabies (VAR). VAR juga harus stand by di setiap Puskesmas.

Ia juga mengungkapkan, pada beberapa kasus, ada korban yang masa bodoh setelah terkena gigitan anjing dan tidak mau melapor ke pihak medis dan tidak mau berupaya untuk mencari vaksin. Padahal diketahui bahwa Rabies ini sangat berbahaya.

“Apapun alasannya ketika sudah terkena gigitan, wajib mendapatkan vaksin.Saya menghimbau kepada masyarakat Manggarai agar peka vaksin. Apabila mengalami gigitan anjing, maka segera ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan vaksin” kata dia.

Arlan juga meminta pemerintah harus melakukan sosialisasi tentang bahaya rabies secara berkelanjutan. Pastikan masyarakat pemilik anjing untuk menjamin adanya kandang atau wajib ikan. Ikat dan kandang anjing dilakukan secara terus menerus bukan tunggu ada korban.

“Saya sangat memahami bahwa masyarakat Manggarai tidak terlepas dari kebutuhan akan anjing. Dari kebiasaan kita sebagai penjaga kebun atau jaga rumah, sampai pada kebutuhan dalam nilai budaya dan adat-istiadat. Tapi di sisi lain dengan maraknya kasus korban rabies maka sala satu cara memutus mata rantai kasus ini adalah dengan cara Eliminasi. Masyarakat Manggarai perlu memahami ini” tutupnya. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *